Seminar Internasional FE: Menghadapi AEC 2015

Karangmalang, Senin (21/4/2014) - ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sudah di depan mata. Semua negara terus mempersiapkan diri untuk menyambut ajang tersebut. Namun, sejauh mana kesiapan bangsa kita? Topik tersebut menjadi bahasan utama dalam Seminar Internasional besutan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis tersebut, UNY menghadirkan Associate Curtin Business School Australia Ruhul Salim, Associate Universitas Kebangsaan Malaysia Rika Fatimah, dan Setyabudi Indartono dari UNY.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor IV UNY Suwarsih Madya menyampaikan, Indonesia harus siap menghadapi AEC 2015. Indonesia, lanjutnya, harus menunjukkan kelebihan mereka dan kemampuan untuk bersaing di kancah internasional. “Mau tidak mau, siap atau tidak siap Indonesia harus menyongsong datangnya AEC 2015. Karena AEC 2015 menciptakan peluang serta kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa Indonesia mampu bersaing dalam segala hal,” ujar Suwarsih, seperti dikutip dari laman UNY.

Senada dengan Suwarsih, Ketua Panitia Dies Emas UNY Widyastuti Purbani berpendapat, saat ini topik mengenai AEC sedang menjadi bahan pembicaraan penting di berbagai kalangan. Indonesia harus siap untuk menghadapi AEC 2015. “AEC seharusnya menjadi tantangan, dan bukan menjadi mimpi buruk bagi Indonesia,” imbuh Widyastuti.

Sementara itu Associate Ruhul Salim dalam presentasinya memaparkan posisi penting Indonesia dalam AEC. Dia menilai, Indonesia merupakan produsen otomotif terbesar kedua di ASEAN. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perusahaan Jepang dan Korea yang memproduksi kendaraan di Indonesia. Bahkan perusahaan ternama General Motors mulai memproduksi kendaraan di Indonesia sejak 2013. “Pada masa krisis ekonomi global 2009 sektor automotif Indonesia nyaris tidak tersentuh oleh efek krisis tersebut. Kemudian jika Indonesia ingin memimpin pasar ASEAN apa yang harus dilakukan? Hal ini tergantung pemerintah. Pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi AFTA dan AEC,” ungkap Ruhul.

Berbeda dengan Rika Fatimah yang lebih menyoroti pengembangan pola pikir (mindset) berwawasan AEC dan kesiapan kewirausahaan melalui social business. Rika mengatakan, ada empat AEC mindset yang harus dikembangkan dalam menyongsong AEC. “Keempat mindset itu adalah stakeholders, kesiapan menghadapi AEC 2015, kesiapan sumberdaya manusia, serta ketahanan dalam menjalankan kewirausahaan. Keempat faktor tersebut akan menopang social business yang merupakan salah satu model untuk mendukung kegiatan kewirausahaan,” tutur Rika.

Pembicara ketiga Setyabudi Indartono yang merupakan pakar di bidang sumber daya manusia (SDM) menyampaikan makalah tentang komitmen karyawan dalam organisasi. Setyabudi mengatakan, kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh perilaku perusahaan terhadap mereka. “Perlakuan yang berbeda terhadap karyawan akan mempengaruhi perilaku dan kinerja mereka terhadap organisasi. Di samping itu perlu juga diperhatikan cara organisasi dalam mengatur sumber daya manusia agar karyawan memiliki komitmen terhadap organisasinya,” papar Setyabudi.